Rabu, 08 November 2017

KEMANA KIBLAT PANGLIMA TNI GATOT.N 2019? JOKOWI ATAU PRABOWO?

Sang Panglima TNI yang lahir di Tegal ini berasal dari keluarga militer muslim yang taat, hampir seluruh anggota keluarganya berkecimpung di dunia militer sehingga bidang itu sudah mendarah daging dalam dirinya. Beliau juga punya sederet prestasi gemilang dibidang militer dan ia sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan politik selama perjalanan kariernya tapi ia punya pandangan khusus tentang politik militer. Selain sudah ditempa dengan keras di dunia militer, ia juga punya kepribadian yang rendah hati, tenang dan focus menghadapi masalah. Profil lengkap sang jenderal sudah banyak dibahas di portal media lain, disini kami akan menyampaikan visi dan misi serta arah dan pandangan sang jenderal mengenai kondisi Indonesia dilihat dari sepak terjangnya di dunia perpolitikan negeri belakangan ini. Mengingat sang panglima akan memasuki masa pensiunnya di bulan Maret 2018. Apa dan kemana Kiblat sang jenderal Gatot Nurmantyo paska masa pensiunnya? Apakah ia akan masuk ke dunia politik? Kemana minat dan ketertarikan sang jenderal bintang empat ini kelak?

Sebagai petinggi militer yang punya sikap keras terhadap NKRI, jenderal yang satu justru punya perhatian khusus tentang agama.Dibanyak kesempatan waktu terakhir beliau didapati menghadiri acara yang diadakan berbagai pondok pesanteren dan bertemu berbagai tokoh islam. Dan banyak pihak menilai beliau memiliki hubungan erat dengan kelompok islam garis keras. Dan jika anda sudah membaca lengkap profil pribadi sang jenderal, kita juga bisa menilai bagaimana sang jenderal sangat hormat kepada orang tuanya, yang demi memenuhi permintaan sang ibu, Jenderal Gatot bertekad mengikuti pendidikan Khusus RPKAD, pelatihan khusus Baret merah Kopasus, hingga gelar itu diperolehnya meski sudah memasuki usianya ke 55 tahun. Dalam hal ini, islam memandang, salah satu ciri muslim yang taat adalah ia sangat hormat pada kedua orang tua.

Dari perjalanan kariernya, Pimpinan Tertinggi TNI ini tidak punya ambisi politik berlebih, mengingat posisi dan kebijakan di bidang militer yang memang tidak membolehkan militer berpolitik. Tetapi pada suatu kesempatan sang jenderal mengungkapkan pendapatnya tentang politik, bahwa seandainya saja militer bisa berpolitik. Pernyataanya ini sempat menjadi pembicaraan para elit DPR saat Gatot melontarkan ide bahwa tentara boleh kembali berpolitik. Tapi sayangnya hal ini bertolak belakang dengan undang-undang. "Ide ini bukan untuk sekarang, mungkin 10 tahun ke depan, ketika semua sudah siap," jelas Gatot Nurmantyo pada awal Oktober 2016.

Lalu bagaimana pandangan sang jenderal mengenai kondisi politik yang berkembang belakangan, adakah kemungkinan kelak sang Jenderal Gatot akan mencalonkan diri menjadi calon presiden atau wakil pressiden. Kemana arah kiblat sang jenderal ditahun 2019, akankah ia akan berpihak pada kelompok berkuasa atau kelompok pendukung islam garis keras. Untuk mengetahui hal itu, bisa dilihat dari berbagai kejadian yang menyertai kehadiran panglima beserta peristiwa yang mengguncang pemberitaan nasional. Berikut ini 8 peristiwa besar yang mengiringi kehadiran sang Jenderal hingga akhirnya namanya dikenal publik dan diberitakan akan meramaikan bursa pemilihan presiden dan wakil presiden 2019.

1. Aksi 212 yang digelar GNPF

Panglima TNI Gatot Nurmantyo dianggap sebagai rising star lantaran sosoknya yang berhasil meredam gejolak aksi massa besar 212 saat masa Pilkada DKI lalu, melalui pernyataannya kepada media bahwa aksi tersebut merupakan aksi damai tidak ada indikasi untuk melakukan makar. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meyakini upaya makar tidak akan mungkin dilakukan kelompok Islam untuk menjatuhkan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Gatot menilai adanya kabar soal upaya makar dalam aksi unjuk rasa bela agama itu adalah berita bohong atau hoaks untuk menakuti rakyat. "Kalau ada demo, jangan dianggap makar. Pasti demo akan dilakukan dengan kedewasaan masyarakat salurkan aspirasinya, dan itu sah-sah saja," ucap Gatot.Atas pernyataannya itu, ia di cap sebagai pendukung islam garis keras, karena memberikan dukungan kepada massa pendemo.

2. Kudeta Pemerintahan Jokowi-JK

Ketika awal tahun 2017 berhembus isu makar di media bahwa Sang Panglima Gatot akan melakukan kudeta politik terhadap pemerintahan Joko WIdodo, pada saat itu beredar isu pengabilalihan kekuasaan akan dilakukan oleh militer TNI. Isu itu langsung dibantah dan ditolak keras oleh sang Jenderal.

Isu makar sebelumnya merebak di saat aksi unjuk rasa menuntut keadilan dalam kasus penistaan agama yang menyebabkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sebagai terdakwa. Kepolisian mencium adanya upaya makar dengan menunggangi aksi yang diikuti jutaan orang itu. Setelah itu, aparat kepolisian pun membawa sejumlah orang yang diduga terkait dengan rencana makar. Mereka di antaranya Sri Bintang Pamungkas, Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani, dan Rachmawati Soekarnoputri.

Beberapa lama kemudian, isu makar kembali diangkat ke publik setelah jurnalis asing Allan Nairn menulis sebuah artikel investigasi soal upaya kudeta terhadap Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Artikel itu pertama kali muncul di media online Amerika Serikat, the Intercept. Artikel Allan lalu dialihbahasakan menjadi bahasa Indonesia dan dimuat oleh media online Indonesia, Tirto.

Pokok investigasi Allan adalah, adanya upaya untuk menggulingkan pemerintahan sah Jokowi-JK oleh kekuatan politik asing yang berkomplot dengan kekuatan politik dalam negeri dan TNI. Dalam tulisannya, Gatot disebut ikut andil dalam upaya makar terhadap Jokowi. Atas tuduhan itu, panglima menolak tegas bahwa hal itu tidak benar.

Dalam hal ini, kita bisa melihat bahwa Panglima adalah salah seorang jujur dan berintegritas, sebab apa, jika memang ia sangat berambisi ingin menjadi presiden, maka ia bisa menggunakan isu itu untuk mewujudkan ambisinya menjadi pemimpin negeri ini, tentu saja sangat mudah baginya menggerakkan kekuatan militer lalu melakukan kudeta, tapi apa yang dilakukannya ternyata ia menolak mentah-mentah berita itu dan menyatakan tetap mendukung pemerintahan Jokowi-JK.

3. Penghentian Kerjasama Militer dengan Australia

Dalam sebuah pertemuan, Presiden Joko Widodo mengekspresikan kekecewaannya terhadap Panglima TNI yang dianggap bertindak "di luar kendali", setelah secara sepihak menghentikan kerjasama pertahanan dengan Australia. Informasi tersebut diungkap dua pejabat pemerintahan kepada kantor berita Reuters. Panglima Gatot Nurmantyo menghentikan sementara hubungan militer dengan Australia, setelah diduga adanya temuan materi pelajaran yang dianggap melecehkan Pancasila dan mendukung kemerdekaan Papua. Atas tindakannya ini, Gatot Nurmantyo menyatakan tegas tidak mau bekerjasama dengan pemerintahan Australia dalam hal pertahanan.

4. Kuliah Umum tentang Proxy War di berbagai universitas

Gatot juga dikenal sebagai orang yang mempromosikan informasi ancaman “Proxy War”. Saat menjabat Pangkostrad, tahun 2014, Gatot Nurmantyo memberikan sebuah kuliah umum di Universitas Indonesia, dia mengangkat sebuah tema “Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War”. Dia mengatakan sifat perang berubah seiring perkembangan zaman dan teknologi.

Gatot meramalkan pada tahun 2034 energi fosil di dunia akan habis dan digantikan dengan bio energi, sementara jumlah populasi terus bertambah, tidak diimbangi dengan makanan, udara bersih, dan energi. Hal tersebut, menurutnya akan terjadi konflik baru, perang asimetris, perang hibrida, dan perang proxy. Menurutnya, Indonesia yang memiliki sumber daya alam cukup banyak, berpotensi menjadi target perang tersebut.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia. Dalam pemaparannya, Gatot menjelaskan Kondisi Indonesia dari perspektif ancaman dari luar negeri. Terutama dari pulau-pulau terdepan Indonesia.


"Pulau Masela, Pulau Saumlaki, Pulau Selaru (daerah Maluku). Masela dan Darwin (Australia) jaraknya kurang lebih 90 KM. Di Darwin ada 1.500 personel militer Amerika dan mau ditingkatkan jadi 2.500. Pertanyaannya ngapain ke situ? Saya sebagai panglima TNI boleh melihat hal itu sebagai ancaman," ucapnya.

Dilansir kantor berita Reuters, dalam sebuah buku yang dirilis pada tahun 2015, Nurmantyo menulis bahwa kekuatan asing berusaha untuk menyusup ke sistem media, pendidikan organisasi Islam, perusahaan dan partai politik untuk melemahkan bangsa, dan menguasai aparat keamanan dan industri strategis.

Kekuatan asing juga mencoba untuk melemahkan kaum muda Indonesia lewat perdagangan narkoba dan menanamkan budaya permisif, demikian ditulisnya, seperti dikutip oleh Reuters.

Atas tindakannya ini, Pejabat senior pemerintah mengatakan: "Kami menduga bahwa Jendral Gatot mengeksploitasi insiden ini untuk agenda politik sendiri." "Dia telah sering tampil di muka publik dan berpidato akhir-akhir ini," katanya lebih lanjut. "Terus terang, kami pikir soal perang proksi dan ancaman terhadap Indonesia itu benar-benar konyol." Padahal ancaman itu sudah terjadi dan sedang berlangsung di negeri ini, bisa dirasakan kentalnya campur tangan asing dalam berbagai bidang.

5. Kunjungan ke Tokoh Agama dan Pesanteren 

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo beberapa kali mendatangi pondok pesanteren untuk bertemu alim ulama, diantaranya; 31 Maret 2016 ke Pondo Pesanteren Buntet Cirebon, 26 September 2016 Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, 9 Juli 2017 Ponpes Syeh Maulana Qori, 6 Juli 2017 Pondok Pesantren An Nur Bululawang dan sebagainya. Dalam kunjungannya itu Panglima Gatot menekankan pentingnya persatuan antara umat beragama dan menjunjung tinggi nilai Pancasila. Panglima Gatot Nurmantyo jua menyebutkan bahwa sejarah kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari perjuangan para kiai dan ulama. Menurut Gatot, saat ini kiai dan ulama diyakini dapat menjadi pemersatu umat beragama.

Hal itu dikatakan Gatot dihadapan 10.000 santri Pondok Pesantren Buntet, Cirebon Jawa Barat, Sabtu  (15/4/2017) malam. "Bangsa Indonesia merdeka karena peran aktif para kiai dan ulama bersama-sama dengan umat agama lain, berbagai macam suku berjuang bersama-sama sehingga Indonesia menjadi bangsa yang hebat dalam meraih kemerdekaan," ujar Gatot dalam siaran pers Pusat Penerangan TNI yang diterima Kompas.com, Minggu (16/4/2017).

Atas kegiatannya inilah media memframing sang Jenderal cenderung dekat dengan kelompok garis keras, padahal sesungguhnya sang Panglima sedang menjalankan tugasnya memberikan pengarahan dan pemahaman kepada para pimpinan ponpes tentang pentingnya menjaga persatuan.

6. Perintah Nobar G.30S/PKI

Perintah Panglima Nobar film sejarah G.30S/PKI kepada seluruh jajarannya menggegerkan dunia maya dan dunia nyata, bagaimana tidak, akibat perintahnya itu akhirnya menjadi kontroversi dan menuai kritikan dimasyarakat. Ada apa sebenarnya? Gatot beralasan ingin mengajak bangsa Indonesia untuk tidak melupakan sejarah kelam dan mencegah terulang kembali kekelaman tersebut.

"Tujuannya adalah bukan untuk mendiskreditkan, tetapi peristiwa tersebut agar diketahui generasi muda, agar kita tidak terprovokasi lagi, terpecah-pecah lagi. Kalau kita tidak ingatkan, dalam kondisi seperti ini, orang tidak tahu bahwa ada gerakan-gerakan yang mengadu domba," katanya kepada wartawan usai berziarah di makam Presiden Suharto di Astana Giribangun, Selasa (19/9/2017).

Atas tindakannya ini Panglima TNI dianggap sedang berpolitik mempersiapkan diri menghadapi masa kampanye 2018. Banyak pakar berpendapat ini adalah bagian dari poltik praktis sang jenderal mempersiapkan diri menghadapi tahun politik. Atas tuduhan ini Panglima Gatot menanggapi santai, bahwa yang dilakukannya ini adalah dalam rangka politik negara bukan politik praktis sebagaimana yang dituduhkan.

7. Isu Impor 5000 senjata Ilegal

Dalam sebuah pertemuan dengan sejumlah purnawirawan senior di Mabes TNI Cilangkap, Gatot mengatakan bahwa ada instansi di luar TNI dan Polri yang ingin mengimpor 5.000 pucuk senjata secara ilegal. Informasi bersifat rahasia itu terpaksa muncul ke permukaan, akibat ada wartawan yang membocorkannya ke media. Akibatnya, Panglima dituduh banyak pihak menuding Panglima sedang melakukan poltik praktis dan sedang ambil ancang-ancang mencalonkan diri di pemilu 2019. Dalam hal ini Gatot memberikan jawaban telak atas tuduhan itu, bahwa yang dilakukannya ini bukanlah dalam rangka politik praktis, tetapi karena politik negara.

8. Pencekalan Oleh Amerika Serikat

Kali kedua, peristiwa pencekalan oleh pihak Imigrasi Amerika Serikat di Washington juga bukan dilakukan karena alasan kesalahan prosedur tenkis. Ini semua pasti sudah direncakan jauh-jauh hari dan dalam rangka tujuan tertentu. Amerika bukan negara baru kemaren yang salah memutuskan memberikan kartu merah kepada orang yang mereka anggap punya identittas khusus. Pasti ada penjelasan mengenai hal ini, dalam hal ini hanya pihak amerika saja yang tau. Amerika dan Australia adalah negara sekawan dan punya hubungan baik, maka kita jangan heran kalau keduanya punya sikap serupa.


Rangkaian peristiwa-peristiwa itu bukanlah sebuah bentuk kesengajaan dan kebetulan, dimana tanpa sadar akhirnya semua mata memandang sosok baru yang satu ini sangat memukau dan memberikan sudut pandang berbeda tentang nilai integritas kebangsaan. Ditengah tingginya animo masyarakat yang berpikir pentingnya keutuhan NKRI, tiba-tiba muncul sosok kharismatik dengan segala sepak terjangnya melawan dominasi politik parlemen yang serba oportunis. Panglima Gatot hadir ditengah kemelut bangsa yang tidak mampu melawan arogansi penguasa menghardik rakyatnya untuk banyak berkorban dan banyak dipolitisasi. Dan Panglima Gatot hadir sebagai sosok yang tidak bisa didikte dan di intervensi, kebijakannya cenderung mengutamakan kepentingan bangsa. Maka dari itu ia dianggap memiliki peluang besar untuk maju dalam kontestasi politik di tahun 2019. Karena ia punya warna baru dari yang telah ada sebelumnya.

Saat ditanya apa langkahnya setelah tidak lagi menjabat sebagai panglima TNI, Gatot mengaku belum memikirkan mengenai hal itu. Ia menegaskan, saat ini masih menjalankan tugasnya sebagai Panglima TNI. "Saya harus melaksanakan tugas saya sebagai konstitusi," ujarnya.

Gatot menjelaskan, kewajiban sebelum masa jabatannya berakhir adalah menyiapkan kader-kader penerus TNI. Menurut dia, TNI harus memiliki kader penerus yang solid dengan masyarakat dan menunjukkan kesatuan komando. "Sehingga TNI selalu dalam posisi netral dalam politik praktis, ini yang penting," tuturnya.

Jenderal yang lahir dan besar dalam kesatuan Kostrad ini juga tidak menampik bahwa kemungkinan dirinya akan terjun dalam dunia politik pasca pensiun dari dinas militernya awal 2018 nanti. Apalagi beberapa partai politik juga sudah mulai menggadang-gadang seorang Gatot Nurmatyo untuk pilpres 2019. Panglima TNI Gatot Nurmantyo punya peluang dan kans menjadi kandidat kuat melawan petahana. Karena kemungkinan kiblat sang panglima adalah akan berdiri beseberangan melawan Sang Petahana, Presiden Joko Widodo. Panglima Akan memilih calon yang sevisi dalam mementingkan ketuhan NKRI. Panglima Gatot Nurmantyo tidak akan sejalan dengan visi pemerintahan yang condong kepada pelepasan aset negara atau penjualan sejengkal saja tanah di negeri ini. Melihat sepak terjangnya yang selalu lugas menentang berbagai kebijakan luar negeri yang suka semena-mena kepada kedaulatan NKRI. Panglima Gatot bukanlah tipe orang yang suka tawar menawar, ia tegas dan bulat akan menjaga negeri ini dari gangguan apapun.

Berikut ini alasan Panglima Gatot Nurmantyo kemungkinan akan berada di posisi beseberangan dengan Pemerintahan Jokowi. Karena ada banyak alasan yang menunjukkan Jenderal Gatot tidak akan mau berkoalisi dengan rezim yang terlalu suka menggadaikan negeri ini kepada asing. Lalu alasan apa yang mendasari bahwa Jenderal Gatot tidak akan bergabung dengan Petahana Jokowi, lalu akan lebih memilih calon lain? Berdasarkan uraian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa Sang Pangliman Jenderal Gatot memiliki sikap:

1. Jenderal Gatot bukan tipe pemimpin yang mencla-mencle dalam membuat keputusan penting, Gatot adalah orang yang kuat pendirian dan tegas, artinya ia tidak suka basa-basi dan bukan oportunis.

2. selama ini ia lebih memilih berdiri bersama para ulama dan santri dalam menjaga persatuan dan keutuhan NKRI. Ia lebih percaya pada para ulama dibanding para konglomerat dan pemodal.

3. memilih menjaga keutuhan NKRI dengan cara memberikan banyak peringatan kepada generasi muda melalui kuliah umum dan pidato kenegaraan agar bangsa ini bangkit dari keterpurukan. Ini adalah sikap seorang negarawan, lebih banyak memikirkan kepentingan bangsa dibanding kepentingan pribadi dan kelompok.

4. Tidak bisa diajak kudeta, lebih memilih jalur konstitusi yang sah artinya ia tidak mau menghalalkan segala cara demi kekuasaan.

5. Memilih mencegah berkembangnya faham komunis dengan cara mengajak masyarakat menyaksikan sejarah masa lalu dan mengenali gerakan tersembunyi para pemberontak lebih dini.

6. Memilih menjaga jarak dengan negara yang tidak mau menghormati kedaulatan NKRI, artinya panglima tidak suka didikte dan dikendalikan oleh kepentingan asing.

7. Memilih bersikap netral dan tenang menghadapi berbagai tuduhan, Panglima lebih memilih menjawab tuduhan dengan nada santai dibanding berpolemik di media. Sikapnya menunjukkan signal bahwa ia tidak suka diadu domba dan lebih memilih menjawab tantangan itu dengan sikap tegas.


8. Panglima Gatot Nurmntyo adalah salah satu alumni korps Baret Merah Kopasus, dimana Jenderal Prabowo juga adalah seorang kopasus sejati dan mereka dibesarkan sebagai seorang nasionalis garis keras dan itu sangat ditakuti oleh negara lain, atau dengan kata lain jika kelak Prabowo mencalonkan diri sebagai Presiden, tidak menutup kemungkinan Panglima Gatot akan bergabung dengan kubu Gerindera-Prabowo.

Jika saat ini Panglima Gatot belum secara eksplisit menunjukkan keberpihakannya, itu karena ia masih menjabat sebagai pimpinan TNI yang masih harus bertanggung jawab kepada bawahannya. Kemungkinan sikap tegasnya itu akan benar-benar ditunjukkannya paska ia pensiun kelak.

Dalam hal ini sekarang kita bisa meyakini bahwa Panglima Gatot tidak akan bergabung dengan gerombolan penyamun berdasi alias konglomerat yang selama ini dipelihara penguasa, karena ia adalah seornag nasionalis sejati yang punya integritas pada negeri ini. Panglima sejak awal bukanlah kaum hedonis dan oportunis yang suka menjilat dan menjadi anjing peliharaan penguasa, ia punya sikap sendiri dan pandangan khusus tentang politik, dan itu sudah ditunjukkannya dalam berbagai peristiwa yang mengiringi kemunculannya.

Dalam hal ini, umat islam harus menyambut baik niatan sang jenderal jika kelak ia akan mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat presiden atau wakil presiden. Sebab apa, orang ini adalah manusia langka yang tersisa di bumi pertiwi ini. Jenderal Gatot adalah orang pilihan yang sekali lagi dikirim Allah swt untuk menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran. Sekali lagi ALlah swt pilihkan manusia terbaik yang dimiliki bangsa ini untuk menyelamatkan umat-Nya. Akhir jaman, pemimpin yang dibutuhkan bangsa ini bukan sekedar orang cerdas dan pandai, tetapi dibutuhkan pemimpin yang punya iman dan rasa takut kepada Allah swt. Pemimpin yang tahu menempatkan diri dan mau berkorban demi keutuhan NKRI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...