Safiuddin Ilias. Jutawan muda asal Malaysia ini tengah mencuri perhatian publik. Bukan karena harta melimpah dari usaha kosmetiknya, tapi karena keputusannya untuk ‘berhijrah’, meninggalkan identitas sebagai seorang waria dan kembali menjadi laki-laki sejati.
Ya, semula Safiuddin adalah seorang waria. Pria yang berdandan dan berperilaku seperti wanita. Dia bahkan melakukan operasi, seperti melakukan implan payudara, agar mirip dengan wanita. Tapi beberapa waktu lalu, dia memutuskan untuk bertobat. Membuang semua `atribut kewanitaan`. Termasuk implan payudara yang dia pasang dulu.
Setelah menulis kisah hijrah yang mengharukan ke Facebook, kini pemuda 22 tahun dan sudah meraih sukses di usia 19 tahun itu menuturkan kisah pertobatan yang mengharukan itu. Semua ini berawal ketika ia masih menjadi waria, ada banyak orang yang mencemooh dan menghakiminya meski tak sedikit yang tetap mau menerimanya.
Saat itu pula dia mencari konsep hidayah untuk berhijrah. “Akhirnya saya faham, bahwa hidayah ialah kemauan untuk berubah. Apabila kita berubah menuju kebaikan, itulah hidayah,” kata dia. “Saya ingin memperbaiki diri dan berdakwah,” tutur Saifuddin.
Safiuddin mengaku sengaja mengunggah tulisan itu ke Facebook. Dia ingin kisah itu menjadi pelajaran bagi siapa saja. Tiada maksud menyinggung hati siapapun. Dia juga meminta kisah ini tak dijadikan dasar untuk menghakimi orang lain.
“Bila kamu asyik menyebut tentang hal dunia, maka itu karena ada dunia di dalam hatimu. Bila kamu asyik menyebut tentang hal akhirat, maka ada Allah SWT di hati kamu.” ujar Safiuddin.
Pelajaran Berharga dari kisah ini adalah bahwa sebenarnya para kaum transgender ini memiliki sisi kehidupan yang lembut, hati mereka sangat halus dan sangat mudah tersentuh, itu yang mengakibatkan mereka salah mengartikan bahwa itu pertanda mereka adalah seorang wanita, sesungguhnya tidak, karena itu sebenarnya karena Allah adalah Dzat yang maha membolak-balikkan hati manusia.
Hadist Riwayat Muslim yang menyatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya.”
Di akhir jaman, kebanyakan manusia yang bertaqwa adalah manusia yang memiliki hati yang halus dan lembut, bukan lagi manusia yang keras dan berhati baja sebagaimana yang pernah ada di jaman para nabi, dimana mereka diwajibkan turun ke medan perang menghunus senjata dan menyerahkan nyawa mereka kepada Allah. Manusia yang akan berperang di akhir jaman kelak adalah manusia yang memiliki hati yang lembut dan mudah menerima, mudah tersentuh dan bergejolak. Karena di dalam hati yang lembut ini mereka akan lebih mudah menerima hidayah (petunjuk) ditengah kerasnya dokrin sesat para musuh islam. Di dalam hati yang lembut ini Allah menancapkan keyakinan dan ketaqwaan tidak tergoyahkan.
Ketika seseorang menyadari kesalahannya, lalu mereka mengambil jalan memutar arah, untuk mengajak hatinya kembali ke jalan yang benar, maka Allah sedang bersamanya. Sebagimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allah, Dzat yang membolak-balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatanMu.”
Maka dari itu teman, jangan kita mencemooh dan menghujat orang yang tersesat (kaum transgender) karena sesungguhnya mereka tidaklah mengerti dan mereka sedang diberi ujian oleh ALlah swt, mungkin sebaiknya kita membantu mereka menuntun pada jalan kebenaran, agar kita semua bisa saling menyelamatkan.
Ya, semula Safiuddin adalah seorang waria. Pria yang berdandan dan berperilaku seperti wanita. Dia bahkan melakukan operasi, seperti melakukan implan payudara, agar mirip dengan wanita. Tapi beberapa waktu lalu, dia memutuskan untuk bertobat. Membuang semua `atribut kewanitaan`. Termasuk implan payudara yang dia pasang dulu.
Setelah menulis kisah hijrah yang mengharukan ke Facebook, kini pemuda 22 tahun dan sudah meraih sukses di usia 19 tahun itu menuturkan kisah pertobatan yang mengharukan itu. Semua ini berawal ketika ia masih menjadi waria, ada banyak orang yang mencemooh dan menghakiminya meski tak sedikit yang tetap mau menerimanya.
Saat itu pula dia mencari konsep hidayah untuk berhijrah. “Akhirnya saya faham, bahwa hidayah ialah kemauan untuk berubah. Apabila kita berubah menuju kebaikan, itulah hidayah,” kata dia. “Saya ingin memperbaiki diri dan berdakwah,” tutur Saifuddin.
Safiuddin mengaku sengaja mengunggah tulisan itu ke Facebook. Dia ingin kisah itu menjadi pelajaran bagi siapa saja. Tiada maksud menyinggung hati siapapun. Dia juga meminta kisah ini tak dijadikan dasar untuk menghakimi orang lain.
“Bila kamu asyik menyebut tentang hal dunia, maka itu karena ada dunia di dalam hatimu. Bila kamu asyik menyebut tentang hal akhirat, maka ada Allah SWT di hati kamu.” ujar Safiuddin.
Pelajaran Berharga dari kisah ini adalah bahwa sebenarnya para kaum transgender ini memiliki sisi kehidupan yang lembut, hati mereka sangat halus dan sangat mudah tersentuh, itu yang mengakibatkan mereka salah mengartikan bahwa itu pertanda mereka adalah seorang wanita, sesungguhnya tidak, karena itu sebenarnya karena Allah adalah Dzat yang maha membolak-balikkan hati manusia.
Hadist Riwayat Muslim yang menyatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya.”
Di akhir jaman, kebanyakan manusia yang bertaqwa adalah manusia yang memiliki hati yang halus dan lembut, bukan lagi manusia yang keras dan berhati baja sebagaimana yang pernah ada di jaman para nabi, dimana mereka diwajibkan turun ke medan perang menghunus senjata dan menyerahkan nyawa mereka kepada Allah. Manusia yang akan berperang di akhir jaman kelak adalah manusia yang memiliki hati yang lembut dan mudah menerima, mudah tersentuh dan bergejolak. Karena di dalam hati yang lembut ini mereka akan lebih mudah menerima hidayah (petunjuk) ditengah kerasnya dokrin sesat para musuh islam. Di dalam hati yang lembut ini Allah menancapkan keyakinan dan ketaqwaan tidak tergoyahkan.
Ketika seseorang menyadari kesalahannya, lalu mereka mengambil jalan memutar arah, untuk mengajak hatinya kembali ke jalan yang benar, maka Allah sedang bersamanya. Sebagimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allah, Dzat yang membolak-balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatanMu.”
Maka dari itu teman, jangan kita mencemooh dan menghujat orang yang tersesat (kaum transgender) karena sesungguhnya mereka tidaklah mengerti dan mereka sedang diberi ujian oleh ALlah swt, mungkin sebaiknya kita membantu mereka menuntun pada jalan kebenaran, agar kita semua bisa saling menyelamatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar