Senin, 11 Januari 2016

OTAK BUKAN SUMBER KECERDASAN YANG UTAMA

Tahukah anda bahwa pusat kecerdasan manusia ternyata tidaklah terpusat di otak. Memang benar otak adalah tempat berfikir dan belajar tetapi ia bukanlah satu-satunya penyebab seseorang memiliki kemampuan intelegensi atau kecerdasan, ada sebab lain. Otak memang berperan besar dalam kehidupan manusia, namun ia juga memiliki kekurangan dan kelemahan. Baru-baru ini bersiar kabar banyaknya tingkat kelahiran anak dengan kondisi tidak memiliki organ otak. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa, dan islam punya penjelasannya.

Asal Mula diciptakan Akal

Berikut dikisahkan bagaimana proses penciptaa akal ketika masa Nabi Adam as. Diawal penciptaan manusia, Nabi Adam sudah menjabarkan bahwa manusia sangat membutuhkan akal untuk menunjang eksistensi kehidupannya. Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan ia bukan makhluk purba. Ia berasal dari surga yang berperadaban maju.

Dalam gambarannya ia adalah makhluk yang teramat cerdas, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang berbunyi:

“ ...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al Israa' 17:70) ”

 Dan dalam rangka meyakinkan para pendahulunya yaitu para malaikat untuk percaya bahwa manusia adalah mahluk Allah yang pantas menjadi khalifah di muka bumi, maka Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda langit. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa hanya Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.

Dengan demikian, jelaslah bahwa bagaimanapun manusia membutuhkan peran akal dalam menjalankan kehidupannya di dunia, karena dengan akal manusia bisa mengenal dan memahami seluruh ciptaan-Nya. Akal dibutuhkan manusia untuk menunjang proses menuju mahluk yang mulia, namun otak bukanlah sebab utama manusia itu akan menjadi mahluk mulia di mata Allah swt. Sebagaimana sabda Rasulullah saw tentang akal manusia sebagai berikut;

Nabi  saw. bersabda; "Allah menciptakan akal, dan Dia berfirman kepadanya; "Menghadaplah......!" Akal-pun menghadap. Firman-Nya;"Hadaplah ke belakang!" Akal lantas membelakangi. Allah Swt berfirman; "Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, AKU tidak akan meletakkanmu kecuali buat orang-orang yang Kucintai diantara mahluk-Ku."

Dan Allah juga menciptakan kebodohan,  berfirman kepadanya; "Menghadaplah......!" Akal-pun menghadap. Firman-Nya;"Hadaplah ke belakang!" Akal lantas membelakangi. Allah Swt berfirman; "Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, AKU tidak akan meletakkanmu kecuali buat orang-orang yang Kubenci diantara mahluk-Ku.

Lalu mengapa sebagian orang beranggapan bahwa ukuran kecerdasan hanya dilihat dari intelektual akalnya saja. Cerdas disini harusnya kita maknai dengan seseorang yang memiliki kemampuan mengelola sumber intelektual, emosional dan spiritual dalam dirinya. Bentuk penjabarannya adalah, sumber intelegensi berfungsi sebagai sumber data, berkaitan dengan identitas suatu benda atau hal yang menyangkut bentuk, warna, ukuran, waktu dan lain sebagainya. Sementara sumber emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengatur emosi, yang mencakup kemampuannya mengendalikan diri dalam mengungkapkan ekspresi, ia menjadi orang yang bisa bersikap sederhana, rendah hati, fokus, terarah, dan bersikap santun.

Sedangkan sumber kecerdasan spiritual adalah dimana seseorang itu ketika berbicara, maka setiap orang akan mengetahui dengan jelas arah pemikirannya dan memiliki visi dan misi yang jelas, memiliki pesan dan hikmah yang mendalam sehingga setiap orang yang menyimak setiap kalimat yang diucapkan akan dengan mudah menangkap apa inti pesan yang dimaksud.Itulah bentuk manusia cerdas yang seharusnya kita sama-sama setuju untuk mengatakan bahwa jenis manusia seperti ini yang paling banyak di butuhkan saat ini. Bukan sekedar kelihaiannya mengelola data, tetapi secara keseluruhan ia adalah figur manusia yang bisa memberi manfaat lahir dan bathin kepada orang lain.

Sebuah fakta mengejutkan dunia, baru-baru ini bersiar kabar tentang kelahiran seorang anak di Inggris bernama Alex Simpson yang lahir dengan kelainan bawaan atau penyakit langka yang disebut hydranencephaly yaitu penyakit dengan tidak memiliki otak. Apa? Betul sekali, bahkan anak ini kini sudah mencapai usia 10 tahun, padahal menurut diagnosa dokter, kecil kemungkinan ada anak manusia yang bisa bertahan hidup dengan kondisi hanya sebagian otak yang ada pada dirinya, kemungkinan hanya bisa bertahan kurang dari satu tahun, tapi lihatlah sungguh ALlah swt sudah menunjukkan kebesaran-Nya, bahwa anggapan para dokter adalah salah. Bahwa Manusia akan tetap bisa bertahan hidup dan menjadi manusia seperti umumnya meski ia tidak memiliki otak. Lalu bagaimana cara ia hidup? Itu adalah bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah yang Maha Agung;

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” [QS. Al- Fushshilat]


KECERDASAN HAKIKI UMAT MUSLIM

Rahasia sumber kecerdasan manusia yang sebenarnya adanya di Hati, ia adalah sang BIG BOSS yang memberi perintah kepada otak untuk melakukan apapun yang diinginkan. Ketika hati memberi perintah, maka otak sama sekali tidak bisa menolak dan menghindar, perintah itu harus segera dilaksanakan. Ada satu hadist yang menunjuk dengan jelas besarnya peran hati manusia yaitu Hadist Nabi Muhammad saw junjungan kita:

...اَلاَوَاِنَّ فِى الْجَسَدِ مُدْغَةً اِذَاصَلُحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَاِذَافَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ آلآوَهِيَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam tubuh itu ada segumpal darah, bila ia telah baik maka baiklah sekalian badan. Dan bila ia rusak, maka rusaklah sekalian badan. Dan bila ia rusak maka binasalah sekalian badan, itulah yang dikatakan hati”.


Ini artinya segumpal darah inilah yang menentukan nilai hidup seseorang, bahkan termasuk otak/akalnya/tingkat kecerdasannya. Apakah seseorang itu memiliki akal yang baik atau tidak itu sangat ditentukan oleh kualitas hatinya. Semakin baik kualitas hati, maka semakin baik pula tingkat kecerdasan yang dimiliki.

Sebelum para ilmuwan barat mempublikasikan temuan mereka tentang kelebihan akal, ribuan tahun lalu Al Quran juga sudah mengabarkan tentang sumber utama kecerdasan manusia. Kitab suci ini sudah menjelaskan bahwa setelah lapis demi lapis mineral tubuh kasar manusia terbentuk dan tersusun rapih lalu sampailah kepada unsur ketiga yaitu roh (unsur Lahut/Malakut) yang di-install Allah SWT ke dalam hati termasuk didalamnya adalah kemampuan penglihatan, pendengaran, dan pemahaman sebagaimana ditegaskan lagi di dalam Alquran Surat Ali Imran berikut ini:

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuh/jasad nya ruh Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati , tetapi kamu sedikit sekali bersyukur.”


Jadi disamping telah menyiapkan unsure material, Allah juga melengkapinya dengan unsure ruh ke dalam hati yang memiliki kemampuan merasa, mendengar, melihat dan memahami. Inilah yang disebut sumber kecerdasan sejati. Seorang manusia bisa melakukan proses belajar dan mengambil hikmah, itu karena ia memiliki hati yang bisa merasa dan memahami dan mengambil pelajaran dari setiap peristiwa. Berikut penjelasan dari masing-masing unsur kecerdasan tersebut;

1. Penglihatan

Adapun kemampuan penglihatan yang di maksud disini adalah sangat tajamnya mata hati, bukan bola mata yang ada di pelupuk, mata hati ini adalah salah satu unsure halus yang mana ia mampu membaca berbagai sisi kehidupan, mampu membaca tanda-tanda kebesaran allah, mampu memberi arti, mampu memahami, dan mampu melihat cahaya kebenaran. Kemampuan ini Allah tanamkan di dalam lubuk hati manusia yang paling dalam agar manusia dapat menjaga dirinya dari kegelapan dan kehinaan dunia. Orang dengan kemampuan melihat yang mendalam ini akan mampu membedakan jalan keburukan dan jalan kebenaran. Ia mampu melihat seluruh isi dunia ini dengan mata hati yang jauh lebih luas dan jauh ke depan.

2. Pendengaran
Lalu kemampuan pendengaran yang dimaksud diatas adalah, kemampuan mendengarkan kepada ajakan menuju kebaikan, mampu mendengar panggilan suara mata hati yang berbisik pada kebajikan, mampu membedakan ajakan pada kebaikan atau pada keburukan (bisikan iblis), mau mendengarkan merdunya lantunan ayat suci al quran dengan khusuk dan membuatnya semakin tunduk pada ALlah swt, dan mau mendengarkan dan menerima nasihat, semua ini adalah anugerah yang dikaruniakan allah kepada hambanya agar ia selalu terjada.

3. Hati
Hanya dalam hati yang tenang, manusia bisa berinteraksi dengan Allah swt dengan khusuk, dalam hati yang bersih dan penuh rahmat dan hidayah ALlah swt bisa membuka cakrawala keilmuan, menggali dan menemukan kebenaran, mengambil hikmah, menuju cahaya keimanan menuju mahluk-Nya yang mulia. Hati adalah pintu segala kesucian hidup dan ia akan selalu menjadi tempat bersemayamnya nikmat keimanan.

Sangat besarnya peran hati, namun bukan berarti otak tidak memiliki keistimewaan dan tidak dibutuhkan oleh seorang muslim. Peran akal sangat dibutuhkan manusia, hanya saja manusia juga harus mau mengajak akal kepada kebaikan dan keimanan, karena Akal/otak ini tidak bisa berdiri sendiri, ia masih membutuhkan bimbingan dan tempaan. Didalam hati yang sabar dan tulus ikhlas maka akal akan tunduk kepada hati.

HAKIKAT AKAL/OTAK BAGI MANUSIA

Para peneliti sudah membuktikan bahwa selama ini peran otak bagi manusia masih sedikit, seperti yang sudah mereka jabarkan baru mencapai 10 persen dari total keseluruhan fungsi yang ada, yaitu mencakup penyimpanan data. System kerja otak dalam kaitannya dengan fungsi hati adalah; otak bertugas untuk mengenal semua benda dan materi yang ada dihadapannya melalui visualisasikan organ mata untuk mengetahui spesifikasi benda meliputi nama, bau, rasa, suara, warna, ukuran, tempat dan waktu. Semua data yang bersifat tampilan benda itu bisa disebut foto spek untuk sementara disimpan dalam memori otak. Otak menyimpan semua data detail benda yang dilihatnya tadi, lalu disimpan dalam sebuah lemari khusus dimana sewaktu-waktu ketika hati membutuhkan sesuatu yang berkaitan dengan benda tersebut, maka otak akan menampilkan kembali data yang dimaksud dan kadang juga otak memiliki beberapa data pembanding lain yang bisa dijadikan acuan bagi hati untuk menentukan mana yang akan menjadi pilihan.

Kita ambil contoh saja seperti ini, suatu waktu kita ingin membeli sebuah tas, dengan spesifikasi tertentu, maka seketika otak akan berusaha mengingat-ingat dimana ia pernah menemukan tas dengan spek yang dimaksud tersebut, lalu muncullah beberapa alternative tas dalam benak kita, dimana pada suatu momen kita pernah melihat benda tersebut tergantung di etalase, lalu otak kembali mencari jejak pada momen apa saat itu, misalnya pada saat hari raya, lalu dikaitkan lagi pada waktu itu sedang berpergian dengan siapa, menggunakan pakaian warna apa dan seterusnya hingga akhirnya otak bisa menunjukkan kepada hati bahwa ia pernah melihat tas yang dimasud di lokasi A.

Lalu hati akan lebih memastikan lagi dengan menggunakan intuisinya mengenai kesesuaian spek yang di berikan otak dengan spek yang diinginkan (hati adalah sumber keinginan), jika sesuai maka hati akan memberikan perhatian khusus dengan cara meminta otak untuk lebih banyak lagi memberikan akurasi data, jika memang sudah dipastikan maka hati akan memutuskan untuk melakukan perjalan ke lokasi yang dimaksud dan meminta otak untuk mengatur jadwal keberangkatan. Itulah bentuk pembagian fungsi dan peran kedua organ tersebut.

Dalam hal kapasitas memori, hati mampu menyimpan semua memori dari sejak lahir hingga jasad terkubur dalam tanah. Ibarat server yang besar, hati mampu menyimpan data dalam jumlah besar pula. Tidak ada yang luput satu pun, semua tersimpan dengan baik, mulai dari data kejahatan maupun kebaikan. Berbeda dengan otak/akal, kapasitas memori otak memang terbatas, itulah sebabnya manusia kadang mudah lupa dan khilaf. Dan itu juga sebabnya, di alam barzah nanti, bagian tubuh yang akan menjadi saksi atas setiap amal perbuatan kita adalah hati, bagian ini yang akan dimintakan pertanggung jawaban kelak, bukan akal. Akal sudah hancur bersama leburnya jasad di dalam kubur.

Semua proses belajar dan berpikir memang dilakukan di otak, tetapi hatilah yang mengjadi pusat pengambilan keputusan. Ketika hati melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan, maka hati yang akan menanggung akibatnya, diantaranya ia akan merasa gelisah, takut, marah, dan kecewa. Anda lihat sendiri kan, sedikit kesalahan yang dilakukan akal maka akan membuat kacau suasana hati, bukan membuat kacau kerja otak. Otak masih tetap melakukan pekerjaannya tanpa terganggu pada suasana hati, masih tetap beraktifitas, tetapi jika hati sudah merasakan sakit, hanya sedikit yang bisa dilakukan otak, yaitu mencari jalan keluar yang bersifat sementara, misalnya minum obat atau curhat dengan teman. Sakit hati akan kembali muncul ketika pengaruh obat hilang, dan pada akhirnya suasana hati harus ditata kembali pada kondisi normal agar bisa segera mencari pemecahan masalah melalui kerja otak, sehingga permasalahan bisa dipecahkan dalam keadaan tenang.

Disamping itu, kitab suci Al quran dan hadist juga tidak pernah merujuk kehebatan akal/otak adalah sumber kebahagian dan ketenangan. Namun, banyak sekali ayat yang merujuk kepada kemampuan mengelola hati/jiwa. Hampir semua ayat menekankan manusia untuk banyak-banyak menjaga hati, banyak-banyak berdzikir dan bertasbih dengan hati, bukan dengan mengembangkan otak/akal. Hampir semua ayat mengajak manusia untuk menjauhkan hati dari sifat tercela, banyak-banyak mengamalkan amalan hati dan lain sebagainya dianjurkan bagi muslimin untuk banyak mengembangkan dan bertindak dengan hati, bukan dengan akal. Ini artinya apa?

Ini artinya hati adalah raja bagi diri manusia, ia adalah sang pemimpin yang seharusnya menjadi bagian yang paling banyak kita perhatikan dan kita jaga, akal hanyalah salah satu bagian pendukung fungsi hati. Sesuai amanah yang sudah ditetapkan dalam kitab suci kaum muslim, harusnya seorang muslim banyak mengamalkan ilmu hati, bukan otak. Tidak ada amalan yang dianjurkan untuk bisa memuliakan otak, tetapi ada banyak amalan yang bisa dilaksanakan untuk memuliakan hati. Berikut berbagai firman terkait dengan hati:


قَلْبُ الْمُؤْمِنِيْنَ بَيْتُ ال MENURUT para sufi:

“Hati seorang mukmin itu adalah rumah Allah”.

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّ
“Beruntunglah orang yang mensucikan hatinya dan mengingat Tuhan-Nya, maka didirikannya shalat”. (Q.S. 87 Al-A’la: 14-15)

مَاكَذَبَ الْفُؤَادُ مَارَآى
“Tidak dusta apa yang telah dilihat oleh mata hati”. (Q.S. An-Najm: 11)

لِكُلِّ شَيْءٍ صَقَلَةٌ وَصَقَلَةُ الْقَلْبُ ذِكْرُاللهُ
“Segala sesuatu ada alat pembersihnya dan alat pembersih hati yaitu mengingat Allah”.

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّهَا
“Beruntunglah orang yang telah mensucikan hatinya dan merugilah orang yang telah mengotorinya”. (Q.S. 91 As-Syamsi: 9-10)


Dengan demikian jelaslah bahwa hati sebagai pemilik dan penguasa jasad/fisik manusia adalah satu-satunya sebab seseorang akan mendapatkan julukan manusia yang cerdas yang beriman, karena hanya dengan segenap hati, akal/unsur intelegensi bisa banyak belajar dan mengenal banyak hal, dan dengan hati yang tenang maka unsur emosional bisa terkendali dan terarah, dan dengan hati yang khusuk maka unsur spiritual bisa mengambil hikmah dan tauladan. Dan hanya dalam hati yang tenang, ia bisa mengenal dirinya.

Lalu mengapa ilmuwan barat terlalu banyak mengekspos kehebatan otak dan mereka sangat terobsesi dengan berbagai riset otak? Dan bahkan banyak muslim yang mengamini dan mengikuti jejak mereka untuk ikut mengagung-agungkan kemampuan otak?
 

Karena ilmuwan barat tidak punya pedoman hidup se detail dan sesempurna Al quran dan hadist, maka mereka tentunya sangat menyembah kemampuan akal/otak sebagai salah satu sumber kemampuan dasar manusia yang paling utama. Mereka tidak percaya kepada hati, karena didalam hati mereka tidak ada cahaya iman yang dipancarkan Allah ke dalam lubuk sanubarinya, kebanyakan hati mereka adalah kosong dan hampa. Berbeda dengan hati seorang muslim, sekecil apapun itu pasti selalu ada lilin yang menerangi hatinya dan tidak pernah kegelapan. Dan ketika seorang muslim mau mengikuti jejak berpikir ilmuwan barat, itu sebagai sebab dari kurangnya ia mengamalkan hati, bagian dari kurangnya iman. Satu hal penting yang harus kita ingat adalah bahwa kebanyakan para ilmuwan barat menganut faham atheism, yaitu sebuah faham yang menolak keberadaan Tuhan Sang Maha Pencipta. Jadi wajar mereka menyembah akal/otaknya.

IMAN PARA SAHABAT NABI

Sesungguhnya perjuangan yang bisa mengantarkan generasi pendahulu umat ini menuju kejayaan bukan akibat kekarnya tubuh mereka, lengkapnya persenjataan mereka, atau harta mereka yang melimpah ruah di mana-mana. Akan tetapi karena Allah ta’ala melihat hati-hati mereka dan Allah menemukan bahwa hati mereka adalah hati-hati yang bersih dari syirik dan ketergantungan hati kepada selain-Nya, itulah hati sebaik-baik golongan manusia yang pernah hidup di jagat raya ini. Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Sesungguhnya Allah melihat hati para hamba. Dan Allah dapati hati Muhammad adalah sebaik-baik hati manusia maka Allah pun memilihnya untuk diri-Nya dan Allah bangkitkan dia sebagai pembawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati hamba-hamba yang lain setelah hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Allah dapati bahwa hati para sahabatnya adalah sebaik-baik hati manusia. Maka Allah pun menjadikan mereka sebagai pembantu nabi-Nya dan berperang bersama beliau untuk membela agama-Nya…” (HR. Ahmad di dalam Musnadnya)

Apakah yang membedakan tubuh kita dengan tubuh para sahabat? Mereka punya kaki, tangan dan indera sebagaimana yang kita miliki. Mereka mengeluarkan harta untuk berinfak dan kita pun mengeluarkannya. Mereka mengerjakan shalat, dan kita pun mengerjakannya seperti mereka. Mereka makan dan minum sebagaimana kita juga butuh makan dan minum. Namun, ketahuilah saudaraku, ternyata apa yang tertancap di dalam dada kita tidak sehebat dan sekokoh yang tertancap di dalam dada para sahabat. Mereka memiliki keimanan laksana gunung. Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu mengatakan, “Seandainya iman yang dimiliki Abu Bakar ditimbang dengan iman segenap penduduk bumi (selain para nabi, pen), niscaya timbangannya lebih berat daripada timbangan iman mereka.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman). Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan, “Barangsiapa di antara kalian yang ingin meniti sebuah jalan maka ikutilah jalan yang ditempuh oleh para ulama yang sudah meninggal itu yaitu para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah manusia-manusia terbaik dari umat ini. Hati mereka lebih baik, dan ilmu mereka lebih dalam, serta paling sedikit membeban-bebani diri. Suatu kaum yang telah dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mentransfer agama-Nya, maka tirulah akhlak dan jalan hidup mereka. Sebab mereka berada di atas petunjuk yang lurus.” (HR. Al Baghawi dalam Syarh As Sunnah)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...